DINAMIKA
Berenang di Parangtritis, Waspada Sengatan Ubur-Ubur..!
Pelajari Cara Penanganan yang Tepat dan Murah


Libur lebaran, berenang ke pantai! Aha, pasti banyak yang suka. Itu juga yang dilakukan ribuan pengunjung Pantai Parangtritis, Yogyakarta, saat libur lebaran sekarang ini. Asyik memang, tapi waspada tetap perlu. Sampai pekan pertama Juni, tercatat 45 orang tersengat ubur-ubur di Pantai parangtritis saja. “Ini belum termasuk pantai-pantai favorit yang ada di kawasan Gunungkidul, pasti pengunjungnya ramai,” ujar Dr.dr. Tri Maharani, Sp.EM, ahli penatalaksanaan keracunan dan snake bite, kepada Milesia.id, Rabu (5/6) .

Sehari sebelumnya, Maharani memberi pelatihan first aid korban sengatan ubur-ubur kepada sejumlah petugas medis dari Puskesmas Kretek, aparat, relawan dan pramuka yang bertugas di Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta. Dalam kesempatan itu, Maharani juga memberikan bantuan paket asam cuka yang diserahterimakan melalui Kepala Puskesmas Kretek.
Hingga libur lebaran pertama, Milesia belum mendapat laporan adanya pengunjung pantai di sekitar Jogja yang tersengat ubur-ubur yang berdampak fatal.
Seperti diketahui, tidak semua jenis ubur-ubur berbahaya. Perlu waspada adalah jenis yang mengandung racun neurotoxin dan cardiotoxin. Pada kasus serangan berat sengatan ubur-ubur dari jenis ini akan membutuhkan perawatan lama. Apalagi jika first aid salah dan korban sudah masuk fase sistemik. Alhasil, neurotoxin, cardiotoxin atau myotoxin yang masuk tubuh korban dapat mengakibatkan gangguan organ.
Dalam banyak kasus, serangan jenis ubur-ubur yang berbahaya terbukti mengakibatkan kecacatan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan benar.

Menurut Maharani, fase pertolongan pertama (first aid) yang benar sangat menentukan langkah penanganan korban sengatan ubur-ubur pada tahapan selanjutnya. “ Jika menemukan korban sengatan ubur-ubur, segera tuangkan cuka pada area yang tersengat dan membiarkannya selama 30 detik,” paparnya. Larutan cuka dapat membantu proses deaktivasi nematocyt pada ubur ubur. Untuk kasus-kasus berat, jika first aid tidak benar, bisa berakibat fatal. Jika bukan kematian maka bisa terjadi kecacatan.
Tentakel yang masih menempel dikulit bisa dilepaskan menggunakan penjepit. Atau dengan tangan yang sudah dilapisi sarung tangan guna menghindari kontak langsung dengan tentakel. Langkah selanjutnya adalah membawa korban ke puskesmas atau rumah sakit. Tidak dianjurkan menuangi air baik panas maupun dingin, memberi salep, alkohol atau urine, pada bagian yang tersengat ubur-ubur.
Untuk tindakan medis di rumah sakit, perlu disiapkan treatment airway, breathing circulation. Sengatan ubur-ubur dari spesies berbahaya mengalirkan racun syaraf (neurotoxin), cardiotoxin, serta myotoxin, maka dalam terapi definitif nya harus disiapkan ventilator jika sampai terjadi gagal nafas. Juga alat utk CPR manual ataupun otomatis. Selebihnya adalah menyiapkan obat-obatan analgesik kuat, misalnya golongan pseudomorfin atau morfin. Tak kalah penting adalah penanganan luka bekas sengatan tentakel ubur-ubur.

Di Australia, antivenom untuk ubur-ubur sudah tersedia. Tidak demikian dengan Indonesia. Alhasil, first aid yang tepat sangat penting.
Organ tubuh yang terkena dampak akibat sengatan ubur-ubur, diantaranya adalah jantung. Kandungan cardiotoxin pada ubur-ubur berbahaya bisa berakibat cardiac arrest. Lalu neurotoxin akan menyerang syaraf. Bisa berujung gangguan pernafasan (respiratory failure) yang bisa berujung fatal respiratory arrest. Dampak tak kalah berbahaya adalah terjadinya gagal ginjal akut akibat rhabdomyolisis akibat racun myotoxin ubur-ubur.

Pengelola pantai perlu memberikan informasi yang memadai kepada publik, khususnya pengunjung. Ini sebagai langkah antisipatif agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan dan berpotensi merugikan.
Beberapa yang harus diwaspadai diantaranya adalah ubur-ubur kotak. Hewan tak bertulang belakang (invertebrata) dari filum Cnidaria dengan ciri khas medusa yang berbentuk kotak atau kubus. Spesies Chironex fleckeri adalah salah satunya. Terkenal memiliki bisa sangat kuat dan berbahaya. Lainnya adalah Alatina alata, Carukia barnesi dan Malo kingi.
Dikemukakan Kepala Laboratorium Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Donan Satria kepada Milesia dalam satu kesempatan, kasus kematian akibat sengatan ubur-ubur sudah pernah terjadi di Indonesia. Di Pulau Jawa, pernah terjadi Pantai Depok, Parangtritis, Yogyakarta dengan tiga kasus. “Di Situbondo, Jawa Timur, dua orang anak usia SMP meninggal dunia. Di Sumatera, tepatnya Bangka Barat, satu korban meninggal dunia,” papar Donan.

Menurut Maharani, idealnya di setiap pantai di Indonesia, pengelola menyiapkan tonggak dengan wadah berisi botol larutan cuka. “Ini bisa membantu mempercepat tindakan pertolongan pertama korban sengatan ubur-ubur”. Tanda peringatan DO dan DON’T perlu dipasang di semua area pantai atau laut yang potensial dengan ubur ubur jenis berbahaya.
Harusnya di seluruh Indonesia ada, terutama yang dekat dengan kawasan perairan habitat ubur-ubur berbahaya. Dengan memasang poster do dan don’t disamping tonggak tempat cuka, pengunjung bisa tenang bermain di pantai.
(Milesia.id/Prio Penangsang)