
Bicara tentang Kota Jogja memang tiada habisnya. Kita bisa mengulik dari sudut apapun. Julukan kota budaya sangat melekat dengan kota ini. Termasuk budaya adiluhung warisan leluhur nenek moyang. Kota wisata juga melekat pada kota Jogja.
Bicara wisata tidak melulu kita pergi ke suatu tempat nan elok pemandangannya. Sebagai alternatif kita bisa bertandang ke pasar sekedar untuk melepas penat rutinitas memanjakan mata sekaligus berbelanja kebutuhan sehari-hari.

Bicara pasar di Jogya tidak bakalan lepas dari nama Beringharjo. Pasar legendaris yang terletak di jantung kota ini menyiratkan dinamika masyarakat Yogya. Berbagai lapisan masyarakat tumpah ruah disini. Aneka produk juga terjaja rapi dan komplit. Salah satunya batik.
Di pasar Beringharjo kita dapat jumpai ratusan los kios mendisplay barang dagangannya dalam aneka corak ragam dan warna.
Dari ratusan los kios batik, ada kios batik yang mampu menyihir milesia untuk melirik dan mampir. Simaklah toko bernama ” SALWA BATIK” pusat batik tradisional dan ekslusif. Sesuai jargonnya kios ini menyediakan aneka macam kebutuhan pakaian bercorak tradisional maupun kontemporer nan ekslusif.
Adalah Amrizal (52) dan istrinya Aidil Fitri (42) sosok owner Salwa Batik. Fitri memaparkan saat di temui milesia.id beberapa waktu, “Salwa Batik merupakan wujud nyata kami dalam mengembangkan kebudayaan Indonesia, salah satunya adalah “BATIK ” yang lagi ngetren di pasar Nasional maupun Internasional. Maka dari itu kami hadir di pasar tradisional yang berada dijantung kota Yogyakarta. Yaitu pasar besar Beringharjo,” ujar Fitri. Kios buka mulai pukul 08.00 – 16.30 WIB. Persisinya di Pusat Grosir Metro Beringharjo lantai 2 blok D2 No. 006.

“Batik Salwa juga menyediakan batik tradisional dan modern dengan harga yang sangat terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Toko kami juga melayani Grosir dan eceran. Serta melayani pesanan seragam partai besar dan kecil”
Sekilas tak nampak perbedaan dengan kios- kios sejenis di sekitarnya. Namun di kios ini ada beberapa nilai plus yang mampu menjadi magnet untuk pembeli menyambanginya. Aneka macam baju terpajang apik dalam display sehingga kita dimudahkan untuk mengamati produk yang ditawarkan.
Pembeli bebas memilih kualitas bahan dan jenis sesuai isi kantong. Dijual dengan kisaran harga Rp 45.000,- sampai Rp 500.000,-. Fitri menambahkan, “Kami jual batik print, cap, dan kombinasi batik tulis. Berupa hem, blus, gamis, daster, sampai kebaya broklat. Rok plisket dll juga ada. Komplit!”.
Selain itu yang lebih utama lagi, pembeli disini diperlakukannya raja. Ownernya terjun langsung untuk melayani pembeli. Keramahan owner dalam melayani sepenuh hati merupakan nilai plus yang kadang tidak ditemui di toko-toko lainnya. Sehingga terjalin kedekatan emosional pembeli dengan penjual. Ini meninggalkan kesan positif.
Belanja di sini nyaman dan tenang, produk dijual dengan harga pas, para pembeli tidak perlu was-was dan khawatir jika harganya kemahalan.
Pengusaha batik yang berasal dari Minangkabau ini, tidak ujug-ujug sukses seperti sekarang. Merantau ke Yogyakarta tahun 1988, diawalinya dengan jualan di shopping centre. Tahun 1990 baru pindah ke Pasar Beringharjo. Fitri kembali menceritakan pengalamannya berjualan kacamata, jam, dan barang elektronik. Kemudian berdagang batik sejak tahun 2002 dan sampai sekarang sudah berhasil memiliki 3 kios dengan dibantu 8 karyawan yang ramah.
Perempuan berwajah keibuan ini menyampaikan, “Selama jualan di pasar Beringharjo ini, terjalin ikatan kekeluargaan yang erat sehingga semua dirasa seperti saudara sendiri”. Belanja di Pasar Beringharjo sekarang memang lebih nyaman.
(Milesia.id/Anny Widi Astuti)